Beranda | Artikel
Bersungguh-Sungguh Untuk Menaati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Rabu, 23 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bersungguh-Sungguh Untuk Menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 5 Shafar 1442 H / 23 September 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Anjuran Untuk Ittiba’ Kepada Al-Quran dan Sunnah

Kajian Hadits Tentang Bersungguh-Sungguh Untuk Menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Hadits ke-42

Kita masuk hadits ke-42:

خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مرعوب فقال أطيعوني ما كنت بين أظهركم وعليكم بكتاب الله أحلوا حلاله وحرموا حرامه

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar kepada kami dalam keadaan beliau ketakutan sekali, maka beliau bersabda: ‘Taati aku selama aku berada di antara kalian. Hendaklah kalian berpegang kepada Kitabullah, yakini kehalalannya dan yakini keharamannya.`” (HR. At-Tabrani)

Di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kepada para sahabatnya dan kepada kita tentunya sebagai umatnya. Yaitu agar kita benar-benar bersungguh-sungguh untuk menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena demi Allah, menaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah merupakan keuntungan yang besar bagi kita. Orang yang menaati Rasul sampai akhir hayatnya, sampai meninggalnya, dia sudah akan dijamin dengan surga. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى

“Setiap umatku itu pasti masuk surga kecuali yang tidak mau.” (HR. Bukhari)

Lalu mereka berkata: “Siapa yang tidak mau Wahai Rasulullah untuk masuk surga?”

Kata Rasulullah:

مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Siapa yang menaatiku, dia pasti masuk surga. Dan siapa yang memaksiatiku berarti dia tidak mau masuk surga.” (HR. Bukhari)

Subhanallah. Semua kita tentu ingin masuk surga bukan? Kalau kita semua ingin masuk surga, maka jalannya hanya satu, yaitu menaati Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Menaati Rasul sama dengan menaati Allah. Allah Ta’ala berfirman:

مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّـهَ

Siapa yang menaati Rasul, sungguh dia telah menaati Allah.” (QS. An-Nisa[4]: 83)

Maka kalau kita ingin menaati Allah, taati Rasul. Tidak mungkin kita menaati Allah tapi  tidak menaati Rasul. Demi Allah, menaati Rasul merupakan jalan keselamatan di dunia dan di ahirat. Karena orang yang tidak mau menaati Rasul, hakikatnya dia telah membinasakan dirinya sendiri. Maka dari itulah seorang muslim menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai hakim dalam hidupnya. Dan Allah menyatakan bahwa tidak sempurna keimanan seseorang sampai dia menjadikan Rasulullah sebagi hakim dalam perkara yang diperselisihkan. Allah Ta’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٦٥﴾

Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikan engkau (Wahai Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan.” (QS. An-Nisa[4]: 65)

Subhanallah. Berapa banyak kaum muslimin yang tidak mau menjadikan Rasulullah sebagai hakim? Mereka lebih senang berhakim kepada madzhab, mereka lebih senang berhakim kepada selain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika disampaikan dalil dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka tidak ridha hati mereka. Bahkan mereka menganggap seakan-akan ulama lebih tahu dari Rasulullah, ulama lebih paham daripada para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka kewajiban kita adalah taati Rasul, adapun ulama kita taati kalau sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya, tapi kalau ternyata ulama tersebut tidak sesuai dengan Allah dan RasulNya, tidak boleh kita taati saudaraku sekalian.

Dan Allah mengancam orang yang tidak mau menaati Rasul dengan dua ancaman yang berat. Yang pertama yaitu ditimpa fitnah dan yang kedua yaitu ditimpa adzab yang pedih. Allah berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٦٣﴾

Hendaklah waspada orang-orang yang menyelisihi perintah Rasulullah untuk ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS. An-Nur[24]: 63)

Apa itu fitnah? Kata Imam Ahmad bahwa fitnah yang dimaksud dalam ayat itu yaitu kekafiran atau kesyirikan. Artinya seseorang yang menyelisihi perintah Rasul, dijadikan hatinya condong kepada kekafiran atau kesyirikan. Na’udzubillah, nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Kalau kita ingin selamat, taati Rasul, itu bagaikan perahunya Nabi Nuh. Sebagaimana dahulu mereka yang mengikuti dan menaati Nabi Nuh selamat, demikian pula mereka yang mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pasti selamat, saudaraku.

Kemudian beliau bersabda: “Hendaklah kalian berpegang kepada Kitabullah.” Dan tentu berpegang kepada Kitabullah adalah dengan juga berpegang kepada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. TIdak mungkin kita memahami Kitabullah kecuali dengan memahami dan mengetahui sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka kita berusaha, pegang Kitabullah dengan cara kita pelajari, baca kitab-kitab tafsir para ulama tentang Al Qur’anul Karim, kita betul-betul berusaha bagaimana mempraktekkan Al-Qur’an dalam hidup kita. Demi Allah itu kebahagiaan buat kita, saudaraku.

Kemudian beliau bersabda: “Yakini kehalalannya,” karena meyakini keharaman apa yang Allah halalkan termasuk kufur besar, kata para ulama. “Yakini keharamannya,” jangan seperti orang-orang ahli kitab yang mereka kemudian menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan. Yaitu ketika Allah turunkan firmanNya:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّـهِ…

Mereka menjadikan ulama-ulama dan ahli ibadah mereka sebagai tandingan selain Allah.” (QS. At-Taubah[9]: 31)

Katika Allah turunkan ayat itu, ada seorang sahabat yang dia bekas Nasrani masuk Islam, dia berkata: “Wahai Rasulullah, kami dahulu tidak pernah menyembah ulama-ulama dan ahli ibadah kami.” Apa kata Rasulullah? “Bukankah ketika mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, kalian pun ikut mengharamkannya? Dan ketika mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan, kalian pun ikut menghalalkannya?” Kata Adi bin Hatim: “Benar” Kata Rasulullah:

فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ

“Itulah makna ibadah kepada mereka.” (HR. Tirmidzi dan Baihaqi)

Berarti kalau kita mengikuti Kyai atau Ajengan atau Ustadz dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan, berarti kita sudah mempertuhankan Kyai, saudaraku.

Maka kewajiban kita, yakini kehalalan apa yang dihalalkan oleh Allah dan RasulNya. Karena yang berhak menghalalkan ini dan itu adalah Allah dan RasulNya saja. Siapapun yang mengatakan ini halal, wajib membawa bukti dari Allah dan RasulNya. Dan siapa yang mengatakan ini haram, wajib membawa bukti dari Allah dan RasulNya. Karena itu adalah merupakan pensyariatan.

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49082-bersungguh-sungguh-untuk-menaati-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/